Jumat, 01 Januari 2016

Tentang Pendidikan Karakter

PENDIDIKAN, MENCETAK GENERASI RABBANI

“Sekolah bukanlah tempat penitipan anak dikarenakan orang tua yang tak punya waktu untuk mengurus mereka. Sejatinya, sekolah adalah rumah kedua yang terhubung paralel dan intensif dengan rumah sebagai lembaga pendidikan pertama bagi anak—dengan orang tua sebagai sosok pendidik. Dengan demikian, memilih sekolah yang mampu menjadi representasi rumah bagi anak adalah sebuah keniscayaan bagi orang tua.”
Ayah-Bunda, sebagaimana yang kita ketahui, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting terutama untuk pewarisan nilai-nilai kebajikan. Meskipun
pelajaran-pelajaran terkait moral, seperti pendidikan kewarganegaraan dan agama sudah diberikan, mengapa masih saja ada perilaku akhlaq yang mencerminkan kurangnya moral? 
Mungkin, memang ada sesuatu yang hilang dalam pendidikan kita. Siswa sering dijejali
teori dan materi saja, tanpa ada pematangan dan internalisasi nilai-nilai yang telah mereka pelajari. Akibatnya, seringkali terjadi ketidak konsistenan dimana perilaku yang diketahui salah, tetapi tetap dilakukan secara sadar. Dan pendidikan yang menyangkut moral ini seharusnya secara kontinyu harus terus diberikan dan diinternalisasikan –tentunya dengan cara yang menarik dan menyenangkan—agar anak didik juga mudah dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral tersebut. Realitanya, konsep pendidikan kita lebih mengutamakan akademis daripada pembentukan akhlaq (karakter). Padahal akhlaqlah yang paling penting.
Ayah-Bunda, sudah seharusnya pendidikan moral diberikan jauh lebih dulu dari pada calistung. Pengenalan tentang Rabb diberikan lebih dulu dari sekedar menghafalkan teori-teori akademis. Dan parameter keberhasilan seorang siswa tidak hanya dilihat dari nilai akademisnya, namun lebih jauh kepada akhlaqnya. Dari sinilah kita insya Allah akan mampu menjadi pendidik bagi anak-anak kita, dengan mengedepankan pendidikan akhlaq.
SEKOLAH: Fasilitator Kecerdasan dan Pembentukan Akhlaq
            Ayah-Bunda, konsep pendidikan di Indonesia sebetulnya tidak jauh dari tuntunan menuntut ilmu sebagaimana yang diajarkan Islam. Hal ini dapat kita lihat dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.  
            Namun, pada pelaksanaannya, justru aspek akhlak ini jarang diutamakan. Bahkan ada sekolah yang sibuk mempersiapkan anak lulus Ujian Nasional (UN) hingga melalaikan hal penting berupa proses belajar itu sendiri. Akibatnya, sebagaimana pernah diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali, jika tidak diniatkan untuk Allah, maka ilmu tersebut tidak akan mau membuka hakikat dirinya, sehingga yang sampai hanya lafal dan definisinya.
Ayah-Bunda, sebenarnya penekanan pendidikan pada terbentuknya akhlaq justru mampu melejitkan potensi akademis anak, ketika moral/akhlaq tersebut mampu terbentuk dan terinternalisasi dengan matang. Kecerdasan dan kemampuan akademis sejatinya tidak terlepas dari kematangan moral/akhlaq anak. Namun, seringkali akademis masih menjadi parameter kemampuan dan keberhasilan sang anak, tanpa melihat sekuat apa karakter atau akhlaq yang dimilikinya.
            Pengenalan terhadap moral-moral dan karakter ketuhanan sudah seharusnya dikedepankan, meskipun tidak melepaskan nilai-nilai akademis. Dan dalam hal ini perlu peran penting dari orang tua dalam menentukan di sekolah mana sang anak akan “dibesarkan”. Selain itu, orang tua juga mampu memahami kebutuhan apa saja yang sekiranya dibutuhkan oleh sang anak.
Ayah-Bunda, dalam hal ini salah satu cara untuk memaksimalkan kecerdasan sang anak adalah dengan memilih sekolah yang pendidikan utamanya adalah ilmu mengenal Allah, atau mengedepankan kecerdasan spiritual. Selain itu, sekolah juga mendukung akan kecerdasan majemuk anak. Mengasah tentang ilmu ketuhanan adalah tanggungjawab orang tua sebagai tempat belajar anak yang paling utama, dan sekolah sebagai tempat belajar kedua. Jadi tidak layak ketika memilih sekolah untuk buah hati, orang tua tidak meneliti terlebih dahulu seberapa konsern sekolah mengajarkan nilai-nilai akidah, akhlak, dan ibadah kepada anak didiknya.
 Ayah-Bunda, pendidikan yang konsern pada moral anak bukan semata didapat dari kekuatan kurikulum di sekolah saja, tapi bagaimana orang tua dan lembaga pendidikan (sekolah) menyadari dan menerapkan hakikat serta tujuan pembelajaran yang seharusnya. Sekolah dan para pendidik idealnya juga harus sudah memiliki paradigma bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak, menciptakan generasi yang mandiri dan menjadikan para siswanya merasa bangga dengan potensinya masing-masing. Bukan hanya mengejar aspek kognisi.
Oleh karena itu, orang tua harus cermat dalam memilih sekolah yang mengajarkan pembentukan nilai-nilai akidah, akhlak dan ibadah. Selain itu sekolah juga mendukung dalam memaksimalkan potensi anak, pembentukan moral dan mental anak.
Dan miliu terpenting dalam pembentukan akhlaq atau moral anak sejatinya adalah di dalam keluarga. Sekolah hanyalah fasilitator.
           
SINERGISITAS ANTARA RUMAH DAN SEKOLAH
            Ayah-Bunda, anak seringkali merasa stres sepulang sekolah. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Beban pekerjaan rumah (PR), materi pelajaran yang belum dimengerti padahal semakin menumpuk, guru yang kurag bersahabat, atau bahkan teman yang sering berbuat kasar. Sekolah pun akhirnya menjadi tempat yang kurang bersahabat bagi anak.  
Ayah-Bunda, faktor penting dalam pendidikan karakter atau pembentukan moral anak adalah salah satunya adalah guru. Karena itulah peningkatan pemahaman guru harus selalu di up grade, sehingga mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan dalam tujuan pendidikan karakter atau pendidikan pembentukan akhlaq. Guru yang baik adalah yang bisa menjadi fasilitator jika anak muridnya ada yang berkelahi. Dalam mengajar, yang dipentingkan adalah ketegasan bukan hanya kerasnya suara. Guru juga harus menjadi teladan bagi murid dan dapat mengubah tekanan menjadi motivasi.
            Namun Ayah-Bunda, peran guru di sekolah saja tidak cukup. Orang tua dan lingkungan di rumah perlu berkontribusi juga dalam pembentukan akhlaq dan karakter anak. Terutama pendidikan karakter yang anak terima di sekolah, sehingga bisa terus dikembangkan di rumah. Peran orang tua dan guru ibarat jembatan emas yang mampu menjadi penghubung antara sekolah dan rumah, sehingga mampu menciptakan kerja sama yang apik antara rumah dan sekolah.
            Orang tua di rumah juga bisa menjadi guru yang menyenangkan bagi anak. Sekali waktu ibarat teman dan sahabat, dengan tidak mengurangi peran sebagai orang tua. Anak-anak akan merasa mendapatkan motivasi dan perhatian total ketika dalam pendidikannya ada sinergitas yang selaras antara peranan orang tua sebagai pendidik di rumah dan guru sebagai pendidik di sekolah. Karena sesungguhnya, orang tua dan guru adalah teladan kuat bagi setiap anak. Apapun yang mereka lihat dari orang tua dan gurunya, seringkali terekam kuat dalam memori mereka dan menjadi inspirasi bagi mereka dalam hal pembentukan moralnya.
Tips Memilih Sekolah Untuk Buah Hati
1.      Sesuaikan dengan kebutuhan anak
2.      Kualitas guru
3.      Lingkungan yang tepat dan sesuai
4.      Tujuan sekolah sama dengan tujuan orang tua
5.      Biaya
6.      Sarana dan prasarana
Ayah-Bunda, jangan sampai kita menyekolahkan anak-anak kita karena ikut-ikutan dengan orang tua yang lain. Karena kebutuhan masing-masing berbeda-beda. Dan semoga sekolah yang kita pilih adalah sekolah yang benar-benar mengedepankan pendidikan aqidah, akhlaq dan ibadah. Sekolah yang ilmu utamanya adalah mengenal Allah swt. Sekolah yang mendukung seluruh potensi yang dimiliki oleh anak kita. Dan tidak ada salahnya jika dalam sehari Ayah-Bunda menyisihkan minimal 2 jam untuk belajar dan bersantai bersama anak. Insya Allah kecerdasan dan akhlaq anak akan lebih meningkat jika pendidikannya didukung langsung oleh orang tuanya. Wallahu a’lam bish showab.

referensi:
-
majalah ummi edisi spesial
-sumber terpisah lainnya

2 komentar:

  1. "Bismillahirahmanirahim
    Assalamu Alaikum Wr. Wb.
    KISAH HIDUP SAYA
    Nama saya Ayunda Honorer daerah Medan . Saya 3 Kali Gagal di Seleksi CPNS Membuatku Semakin Termotivasi dan Akhirnya saya Berhasil, itu semua Berkat Bpk AIDU TAUHID.SE.M.Si.. Beliau adalah Direktur Pengadaan dan Kepangkatan PNS BKN PUSAT Jakarta..
    Saya awalnya tidak percaya,tapi setelah saya coba menhubungi Bpk AIDU TAUHID.SE. M.Si.. dengan No.tlp: 0852-5552-2745 akhirnya saya bisa lulus CPNS 2016. Berjubelnya peserta tes sempat membuat hati saya ciut ketika itu.
    Alhamdulillah berkat Bpk AIDU TAUHID.SE. M.Si. yang banyak membantu saya, saya sekarang lulus CPNS dan SK saya akhirnya bisa keluar,itu adalah kisah hidup dari saya, jika anda ingin seperti saya anda bisa,Hubungi Bpk AIDU TAUHID.SE. M.Si. No HP Beliau: 0852-5552-2745 siapa tahu beliau masih bisa membantu anda untuk mewujudkan impian anda menjadi PNS.
    Saya berharap untuk ke depannya semakin banyak lagi yang bisa lulus dengan bantuan Bpk AIDU TAUHID.SE. M.Si. . atau bisa lihat profil beliau di http://www.bkn.go.id/unit_kerja/aidu-tauhid ,Selama kita masih berusaha maka di situ pasti ada jalan.,Terima kasih
    Waalaikumsalam Wr. Wb"

    BalasHapus