PENDIDIKAN,
MENCETAK GENERASI RABBANI
“Sekolah bukanlah tempat penitipan
anak dikarenakan orang tua yang tak punya waktu untuk mengurus mereka.
Sejatinya, sekolah adalah rumah kedua yang terhubung paralel dan intensif
dengan rumah sebagai lembaga pendidikan pertama bagi anak—dengan orang tua
sebagai sosok pendidik. Dengan demikian, memilih sekolah yang mampu menjadi
representasi rumah bagi anak adalah sebuah keniscayaan bagi orang tua.”
Ayah-Bunda,
sebagaimana yang kita ketahui, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting
terutama untuk pewarisan nilai-nilai kebajikan. Meskipun
pelajaran-pelajaran terkait moral, seperti pendidikan kewarganegaraan dan agama sudah diberikan, mengapa masih saja ada perilaku akhlaq yang mencerminkan kurangnya moral?
pelajaran-pelajaran terkait moral, seperti pendidikan kewarganegaraan dan agama sudah diberikan, mengapa masih saja ada perilaku akhlaq yang mencerminkan kurangnya moral?
Mungkin,
memang ada sesuatu yang hilang dalam pendidikan kita. Siswa sering dijejali
teori dan materi saja, tanpa ada pematangan dan internalisasi nilai-nilai yang
telah mereka pelajari. Akibatnya, seringkali terjadi ketidak konsistenan dimana
perilaku yang diketahui salah, tetapi tetap dilakukan secara sadar. Dan
pendidikan yang menyangkut moral ini seharusnya secara kontinyu harus terus
diberikan dan diinternalisasikan –tentunya dengan cara yang menarik dan
menyenangkan—agar anak didik juga mudah dalam menginternalisasikan nilai-nilai
moral tersebut. Realitanya, konsep pendidikan kita lebih mengutamakan akademis
daripada pembentukan akhlaq (karakter). Padahal akhlaqlah yang paling penting.
Ayah-Bunda,
sudah seharusnya pendidikan moral diberikan jauh lebih dulu dari pada
calistung. Pengenalan tentang Rabb diberikan lebih dulu dari sekedar
menghafalkan teori-teori akademis. Dan parameter keberhasilan seorang siswa
tidak hanya dilihat dari nilai akademisnya, namun lebih jauh kepada akhlaqnya.
Dari sinilah kita insya Allah akan mampu menjadi pendidik bagi anak-anak kita,
dengan mengedepankan pendidikan akhlaq.
SEKOLAH:
Fasilitator Kecerdasan dan Pembentukan Akhlaq
Ayah-Bunda,
konsep pendidikan di Indonesia sebetulnya tidak jauh dari tuntunan menuntut
ilmu sebagaimana yang diajarkan Islam. Hal ini dapat kita lihat dalam UU
No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Namun, pada pelaksanaannya, justru aspek akhlak ini
jarang diutamakan. Bahkan ada sekolah yang sibuk mempersiapkan anak lulus Ujian
Nasional (UN) hingga melalaikan hal penting berupa proses belajar itu sendiri.
Akibatnya, sebagaimana pernah diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali, jika tidak
diniatkan untuk Allah, maka ilmu tersebut tidak akan mau membuka hakikat
dirinya, sehingga yang sampai hanya lafal dan definisinya.
Ayah-Bunda,
sebenarnya penekanan pendidikan pada terbentuknya akhlaq justru mampu
melejitkan potensi akademis anak, ketika moral/akhlaq tersebut mampu terbentuk
dan terinternalisasi dengan matang. Kecerdasan dan kemampuan akademis sejatinya
tidak terlepas dari kematangan moral/akhlaq anak. Namun, seringkali akademis
masih menjadi parameter kemampuan dan keberhasilan sang anak, tanpa melihat
sekuat apa karakter atau akhlaq yang dimilikinya.
Pengenalan terhadap moral-moral dan karakter ketuhanan
sudah seharusnya dikedepankan, meskipun tidak melepaskan nilai-nilai akademis.
Dan dalam hal ini perlu peran penting dari orang tua dalam menentukan di
sekolah mana sang anak akan “dibesarkan”. Selain itu, orang tua juga mampu
memahami kebutuhan apa saja yang sekiranya dibutuhkan oleh sang anak.
Ayah-Bunda,
dalam hal ini salah satu cara untuk memaksimalkan kecerdasan sang anak adalah
dengan memilih sekolah yang pendidikan utamanya adalah ilmu mengenal Allah,
atau mengedepankan kecerdasan spiritual. Selain itu, sekolah juga mendukung
akan kecerdasan majemuk anak. Mengasah tentang ilmu ketuhanan adalah tanggungjawab
orang tua sebagai tempat belajar anak yang paling utama, dan sekolah sebagai
tempat belajar kedua. Jadi tidak layak ketika memilih sekolah untuk buah hati,
orang tua tidak meneliti terlebih dahulu seberapa konsern sekolah mengajarkan
nilai-nilai akidah, akhlak, dan ibadah kepada anak didiknya.
Ayah-Bunda, pendidikan yang konsern pada moral
anak bukan semata didapat dari kekuatan kurikulum di sekolah saja, tapi
bagaimana orang tua dan lembaga pendidikan (sekolah) menyadari dan menerapkan
hakikat serta tujuan pembelajaran yang seharusnya. Sekolah dan para pendidik
idealnya juga harus sudah memiliki paradigma bahwa tujuan utama pendidikan
adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak, menciptakan generasi yang
mandiri dan menjadikan para siswanya merasa bangga dengan potensinya
masing-masing. Bukan hanya mengejar aspek kognisi.
Oleh
karena itu, orang tua harus cermat dalam memilih sekolah yang mengajarkan pembentukan
nilai-nilai akidah, akhlak dan ibadah. Selain itu sekolah juga mendukung dalam
memaksimalkan potensi anak, pembentukan moral dan mental anak.
Dan
miliu terpenting dalam pembentukan akhlaq atau moral anak sejatinya adalah di
dalam keluarga. Sekolah hanyalah fasilitator.
SINERGISITAS
ANTARA RUMAH DAN SEKOLAH
Ayah-Bunda, anak
seringkali merasa stres sepulang sekolah. Penyebabnya bisa bermacam-macam.
Beban pekerjaan rumah (PR), materi pelajaran yang belum dimengerti padahal
semakin menumpuk, guru yang kurag bersahabat, atau bahkan teman yang sering
berbuat kasar. Sekolah pun akhirnya menjadi tempat yang kurang bersahabat bagi
anak.
Ayah-Bunda,
faktor penting dalam pendidikan karakter atau pembentukan moral anak adalah salah
satunya adalah guru. Karena itulah peningkatan pemahaman guru harus selalu di up grade, sehingga mampu melaksanakan
kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan dalam tujuan pendidikan
karakter atau pendidikan pembentukan akhlaq. Guru yang baik adalah yang bisa
menjadi fasilitator jika anak muridnya ada yang berkelahi. Dalam mengajar, yang
dipentingkan adalah ketegasan bukan hanya kerasnya suara. Guru juga harus
menjadi teladan bagi murid dan dapat mengubah tekanan menjadi motivasi.
Namun Ayah-Bunda, peran guru di sekolah saja tidak cukup.
Orang tua dan lingkungan di rumah perlu berkontribusi juga dalam pembentukan
akhlaq dan karakter anak. Terutama pendidikan karakter yang anak terima di
sekolah, sehingga bisa terus dikembangkan di rumah. Peran orang tua dan guru
ibarat jembatan emas yang mampu menjadi penghubung antara sekolah dan rumah,
sehingga mampu menciptakan kerja sama yang apik
antara rumah dan sekolah.
Orang tua di rumah juga bisa menjadi guru yang
menyenangkan bagi anak. Sekali waktu ibarat teman dan sahabat, dengan tidak
mengurangi peran sebagai orang tua. Anak-anak akan merasa mendapatkan motivasi
dan perhatian total ketika dalam pendidikannya ada sinergitas yang selaras
antara peranan orang tua sebagai pendidik di rumah dan guru sebagai pendidik di
sekolah. Karena sesungguhnya, orang tua dan guru adalah teladan kuat bagi setiap
anak. Apapun yang mereka lihat dari orang tua dan gurunya, seringkali terekam
kuat dalam memori mereka dan menjadi inspirasi bagi mereka dalam hal
pembentukan moralnya.
Tips
Memilih Sekolah Untuk Buah Hati
1.
Sesuaikan dengan kebutuhan anak
2.
Kualitas guru
3.
Lingkungan yang tepat dan sesuai
4.
Tujuan sekolah sama dengan tujuan orang
tua
5.
Biaya
6.
Sarana dan prasarana
referensi:
-majalah ummi edisi spesial
-sumber terpisah lainnya
"Bismillahirahmanirahim
BalasHapusAssalamu Alaikum Wr. Wb.
KISAH HIDUP SAYA
Nama saya Ayunda Honorer daerah Medan . Saya 3 Kali Gagal di Seleksi CPNS Membuatku Semakin Termotivasi dan Akhirnya saya Berhasil, itu semua Berkat Bpk AIDU TAUHID.SE.M.Si.. Beliau adalah Direktur Pengadaan dan Kepangkatan PNS BKN PUSAT Jakarta..
Saya awalnya tidak percaya,tapi setelah saya coba menhubungi Bpk AIDU TAUHID.SE. M.Si.. dengan No.tlp: 0852-5552-2745 akhirnya saya bisa lulus CPNS 2016. Berjubelnya peserta tes sempat membuat hati saya ciut ketika itu.
Alhamdulillah berkat Bpk AIDU TAUHID.SE. M.Si. yang banyak membantu saya, saya sekarang lulus CPNS dan SK saya akhirnya bisa keluar,itu adalah kisah hidup dari saya, jika anda ingin seperti saya anda bisa,Hubungi Bpk AIDU TAUHID.SE. M.Si. No HP Beliau: 0852-5552-2745 siapa tahu beliau masih bisa membantu anda untuk mewujudkan impian anda menjadi PNS.
Saya berharap untuk ke depannya semakin banyak lagi yang bisa lulus dengan bantuan Bpk AIDU TAUHID.SE. M.Si. . atau bisa lihat profil beliau di http://www.bkn.go.id/unit_kerja/aidu-tauhid ,Selama kita masih berusaha maka di situ pasti ada jalan.,Terima kasih
Waalaikumsalam Wr. Wb"
good
BalasHapus